Bila mengenai ilmu memandanglah keatas nak !! namun mengenai ekonomi maka merunduklah.. ! ~ Ayah
__
Pernahkah kamu merasakan bahwa dunia ini tak lagi pantas untukmu? dan pernahkah kamu menginginkan dunia lain meskipun tak nyata ? Jika pertanyaan diatas jawabannya adalah iya, maka kamu sepaham denganku.
Namaku Irma. Lengkapnya " Irma Ananda "
Aku adalah seorang gadis yang jalan hidupku elastis, Aku bisa menjadi apapun yang Aku mau, Aku bisa menjadi putri yang tinggal di istana yg megah atau menjadi si miskin yang memang pada realitanya. Betapa elastisnya hidupku hingga Aku bisa menentukannya sendiri. Mungkin kalian menganggap bahwa semua penuturanku adalah bualan belaka. Tapi jujur itulah yang terjadi pada hidupku, pada jalan takdirku, karena duniaku bukan duniamu, duniaku adalah DUNIA MIMPI, dunia yang semua halnya berdasarkan kehendakmu. Semua hal yang ku inginkan bisa Aku dapatkan disini di duniaku, meskipun itu hanya imajinasi belaka dan hanya khayalan yang tak nyata. Aku lebih senang menjalani kehidupanku yang elastis di dunia mimpi dibandingkan dengan menjalani kehidupanku di dunia nyata. Bayangkan saja didunia nyata Aku adalah seorang gadis yang kehidupannya melarat, semua serba susah. Namun itu dulu, dunia ku yang dulu, dunia Irma kecil yang menghabiskan banyak waktu berharga dalam hidupnya hanya untuk bermimpi.
Sebelum akhirnya Aku disadarkan oleh sosok hamba yang teramat memuja Tuhan-Nya, sosok yang teramat penting bagiku, dialah Ayah ku, sosok Ayah yang sangatlah tepat untuk dijadikan panutan bagiku dan bagi ibu ku. Panutan tentang bagaimana ia menjalani hidup dengan rasa cinta yang menggebu terhadap pencipta-Nya. Dialah orang yang selalu memancarkan pelita ketika jalanku dipenuhi gulita, ketika Aku salah arah, penuh pertanyaan tentang letak keadilan. Dan Ayahku lah yang mampu menjawabnya tak hanya dengan penuturan tetapi jawaban yang ia realisasikan dengan tindakan. Ayah selalu berucap Allah itu Maha Adil pada setiap umat nya, salah satunya pada ku dan pada keluarga ku, mungkin keadilan Allah pada keluarga kita tak ditunjukkan dengan harta yang melimpah, rumah yang megah, kendaraan yang mewah sebagaimana yang dimiliki orang lain. Namun lihat lah Allah punya banyak cara dalam menunjukkan keadilan-Nya, dan hanya orang-orang yang tidak buta mata batinnya yang mampu menilai keadilan Allah pada keluarga kita. Dan sekali lagi Allah Maha Adil, buktinya sekarang kita masih bisa menikmati pemberiannya berupa raga dan masih mampu menempati dunia-Nya meski dalam kesederhanaan~ Itu yang selalu Ayah katakan ketika menasehatiku, memberiku pengertian tentang segala kegundahanku tentang hidup. Ayahku adalah sosok Ayah yang luar biasa meski ia bukanlah pegawai, kontraktor, direksi apalagi pejabat. Ayahku tak memiliki jabatan yang istimewa seperti itu, jabatan yang teramat bagus dimata orang-orang. Ketahuilah Ayahku Ayah yang hebat, pekerjaan yang ia lakoni adalah pekerjaan mulia, dan ku yakin indah dimata Allah, Ayahku hanya seorang buruh bangunan. Itu pekerjaannya dulu saat kondisinya masih sehat, masih bugar. Dan sekarang Ayah hanya seorang tukang bersih-bersih masjid, maklum Ayah sudah tidak mampu melakukan pekerjaan yang berat karena kondisinya yang semakin hari semakin rontah karena usia. Dan saya tidak malu akan itu, Ayah saja tidak malu dan kenapa saya harus malu? :) Malah saya bangga punya Ayah yang tidak mementingkan apa kata orang, yang ia pikirkan bagaimana agar keluargaku masih bisa hidup layak meski tak dihiasi kemewahan dan tetap dengan cara yang halal.
Kehidupan remajaku normal layaknya remaja lain, Aku masih bisa beradaptasi dilingkungan dimana ku berada, masih bisa bergaul, walaupun terkadang ada rasa iri yang singgah dihatiku, rasa iri terhadap teman yang punya apa yang mereka inginkan, tapi rasa itu dengan cepat ku tepis jauh-jauh, Aku selalu ingat pesan Ayah ".. Bila mengenai ilmu memandanglah keatas nak , tetapi mengenai ekonomi, maka merunduklah !! .." kita mungkin misikin harta tetapi kita tidak harus miskin hati, katanya :) Dan Aku yakin kelak Aku juga bisa sukses. Meski tak mengandalkan materi, tapi Aku percaya kekuatan doa dan ridha Allah, doaku, doa Ayah, dan doa Ibu adalah kunci sukses yang kumiliki, insya Allah.
Minggu, 07 Desember 2014
Sebuah persembahan puisi dalam rangka Hari jadi Bantaeng yang ke- 760
".. 760 Dalam Bingkai Sejarah .."
Dikau kota kecil
Berjuluk Butta Toa
Yang kini beranjak menjajaki tahun..
Menyisakan ulasan cerita yang tlah lalu..
Pada tiap-tiap pijakan yang kau lalui..
Kisah-kisah lama pun melapuk dalam bingkai sejarah..
Di usiamu yang sebentar lagi bergeser dari abad ke-7
Tepat yang ke- 760
Adakah muda-mudi mu mengambil kisah?
Dari interseksi nilai-nilai agama dan kaidah,
Bukankah sejak dulu,
Tanah tua ini menjadi superioritas..
Diantara tanah yang lain,
Bahkan awal masa kerajaan islam
Tanah kita telah ada..
Dikala tamabara' berubah anjari racung,
Dan dikala pammajikki lannya' ilalang pakkodi,
Sudah berapa ilmukah?
Sudah berapa kisah yang terpetik?
Dapatkah kita menjadikannya acuan?
Untuk sepenggal cerita pada usia berikutnya..
Lalu, bagaimana kita memaknainya..
Menjadikannya inspirasi?
Atau?
Motivasi?
Bekal yang harusnya sudah melimpah..
Seiring berjalannya 760 tahun yang lalu..
Sudah bisakah kita memvonisnya sejahtera?
Atas perubahan yang ada,
Yang kini nampak secara visual..
Sebab..
Anne buttayya iamiantu butta ta'
Butta para kare a'lamung pammajikki
Butta lassu'na mula tau annanang janji..
Anne mi inne Butta ta,
Ia mi antu Bantaeng Butta toa. :)
Dikau kota kecil
Berjuluk Butta Toa
Yang kini beranjak menjajaki tahun..
Menyisakan ulasan cerita yang tlah lalu..
Pada tiap-tiap pijakan yang kau lalui..
Kisah-kisah lama pun melapuk dalam bingkai sejarah..
Di usiamu yang sebentar lagi bergeser dari abad ke-7
Tepat yang ke- 760
Adakah muda-mudi mu mengambil kisah?
Dari interseksi nilai-nilai agama dan kaidah,
Bukankah sejak dulu,
Tanah tua ini menjadi superioritas..
Diantara tanah yang lain,
Bahkan awal masa kerajaan islam
Tanah kita telah ada..
Dikala tamabara' berubah anjari racung,
Dan dikala pammajikki lannya' ilalang pakkodi,
Sudah berapa ilmukah?
Sudah berapa kisah yang terpetik?
Dapatkah kita menjadikannya acuan?
Untuk sepenggal cerita pada usia berikutnya..
Lalu, bagaimana kita memaknainya..
Menjadikannya inspirasi?
Atau?
Motivasi?
Bekal yang harusnya sudah melimpah..
Seiring berjalannya 760 tahun yang lalu..
Sudah bisakah kita memvonisnya sejahtera?
Atas perubahan yang ada,
Yang kini nampak secara visual..
Sebab..
Anne buttayya iamiantu butta ta'
Butta para kare a'lamung pammajikki
Butta lassu'na mula tau annanang janji..
Anne mi inne Butta ta,
Ia mi antu Bantaeng Butta toa. :)
Note: sebenarnya puisi ini saya buat satu tahun
yang lalu tepat hari jadi Bantaeng yang ke-759
Langganan:
Postingan
(
Atom
)