#Latepost
- XI Social Plus -
Sutradara : Muhammad Alif
Produser : Amalia Santrillah
Narator : Ainun Jariah
Pemain :
- Reni Anggraeni. S (orang pertama)
- Husnul khatima (orang ke-2)
- Muh. Arbiansyah .MM (orang ke-3)
- Riskawati Simbung (orang ke-4)
- Surya Abrian (orang ke-5)
Vocal group : Nur Anugrah, Titi Nur, Dita Murni Wardani, Syamsiah, Masnaeni,
Asmawati, Zulkifli, Gilang Arialdy, Jusriadi, Ashabul Kahfi, Amar Sandi, A Nur
Hamzah, Anugrah, Firman Ilahi.
Editor :
Nurreski dan Awalia
Wordrob :
Nur Nahdatul Ulama, Ridha Refi Ramadhani,Eka Sasmita,Sri Reski Handayani,Salmia.
Crew :
- Suci Damayanti
- Risma Elfariany
- Pratiwi Salim
- Wahyudi Harmi
- Muslimin
- Syahrul Miftahul.S
- Suardi
Prolog :
Waktu berjalan terlalu cepat, membakar mimpi, ketidakberdayaan
dalam hidup, tapi bukan tanpa keinginan. Tak perlu benar dalam kesenangan,
cerita yang salah tapi manusiawi, cerita yang terjadi tetapi sulit dimengerti,
karena cinta hampir punah jauh sebelum cerita ini dimulai.
Opening :
Lagu " Indonesia Jaya "( Adegan putra-putri bangsa, berjalan saling lalu, memaparkan
cerita masing-masing )
Lagu " Indonesia Jaya " berakhir masuk 3 orang saling beradu kisah realitas hidup, menguakkan
kepedihan, menjelmakan harapan yang getir akan mirisnya peradaban.
Orang pertama : Dunia ini adalah sajak, sajak yang terampung dalam syair-syair
nan indah. (melangkah riang,seraya bergeming)
Orang ke-2 : (bangkit dari duduknya disudut ruang, mendekati orang yang
bergeming tadi) Pengibaratanmu terlalu sempit, dunia bukan lagi sajak, sajak
dalam buku usang mu itu (memandang picik kearah buku yang dipegang orang tadi).
Sekarang dunia telah ada dalam genggaman. (seraya memfokuskan diri ke tablet
yang digenggamnya). Orang pertama :Bukankah dunia itu sesederhana sajak, sebelum semua kemoderenan
itu ada?
Orang ke-3 : (masuk seseorang lagi mencaci anak modern tadi). Kau... Kau
adalah anak bangsa yang terlena akan tipu daya zaman.
Orang ke-2 :(terdiam sejenak, berusaha mencari kata-kata untuk membalas) Dan
kalian, hanya akan tetap tinggal pada ke kuno-an zaman ( berlalu meninggalkan
dua orang tadi dengan kesal )
Orang pertama dan orang ke-3 : ( Meninggalkan panggung kearah yang berlawanan )
SIN II
Vocal : Hoo.. Heyyaaa.. Heyyooo.. Hooo..hoo..heaaa..heeoo
Narator :Tanpa kau hitung, waktu tetap saja akan berlalu.Waktu yang tergambar dalam sebuah tanya, Entah berlalu dalam sesal. Dalam masa yang beranjak pergi Masa yang terlewatkan. (Gema sajk di iringi senandung-senandung ala kadarnya)_Terduduk dua orang ditengah-tengah tumpukan buku, sembari
melirik lembaran demi lembaran.
Orang pertama dan orang ke-3 : (fokus membaca)_Tiba-tiba masuk dua orang bergaya fashionable, mengusik mereka.
Orang ke-4 : Kalian terlalu membuang-buang waktu. Kapan kenyangnya? Bila
hanya mengunyah satu per satu sajak di buku usang itu. (tersenyum meledek).
Orang pertama :Waktu kami adalah ilmu (bergeming sebentar lalu kembali fokus
terhadap buku bacaannya. Seolah-olah tak menggubris)
Orang ke-3 : Dan kalian tahu ilmu itu apa? (bangkit dari duduknya bermaksud
ingin menjelaskan lebih banyak). Ilmu yang merupakan suatu proses yang membuat
pengetahuan. Proses yang kami lakukan dengan membaca rangkaian sajak yang
termuat di jendela dunia ini ( memperlihatkan buku yang ia pegang ).
Orang ke-4 : ilmu? Jendela dunia? ( bertutur seraya menghampiri orang yang
masih terduduk fokus dengan bacaannya) ini yang kamu maksud jendela dunia?
(merampas buku yang dipegang orang itu) ini hanyalah buku usang yang tak
memiliki arti di era kemodernan zaman sekarang ( seraya melempar buku itu entah
kemana ).
Orang ke-2 : (ikut menghampiri) yaa.. Buku usang itu mungkin seperti kaca
matamu ini (mencopot kacamata orang itu) dan kau tak akan menemukan pelita
tanpa benda ini (menghempaskan kacamata itu kelantai kemudian
menginjak-injaknya) begini yg kau maksud dengan buku usang itu? Iya? Haa?
(menatap sinis) bukankah tanpa buku ini pu kau tetap bisa melihat dunia. Zaman
sudah modern (tertawa menggelegar)
Orang pertama : Diamlah ! Buku itu adalah cinta, cinta yang mereka tuliskan
untuk kita. Dan cinta adalah sebutir permata yang tak bisa kau lemparkan
sembarangan seperti batu (seraya tersedu-sedu).
Orang ke-4 : Hai orang kudet, kuno, ketinggalan zaman, tangismu itu bagaikan
guntur yang menggigilkan surga dilangit tertinggi (Hahaha.. Tertawa senang)
Orang ke-2 : (ikut tertawa)
Orang ke-3 : Watak kalian benar-benar terbentuk dari riak besar kehidupan
(menatap sinis kearah dua orang tersebut).
#semua diam, lagu Kerajaan Boetta Ilmoe bersenandung.
SIN III
Lagu BI berhenti mengalun. Dua orang anak peradaban menapaki hidupnya. Terduduk pasrah di
pelataran panggung. Orang pertama :Apakah benar, defenisi buku adalah jendela dunia telah
beruabh?seiring beranjaknya zaman? Apakah buku yang setahuku adalah jendela
dunia telah digantikan oleh internet? Social media? entahlah apa macamnya.(menatap nanar sekeliling)
Orang ke-3 : Tidak, itu hanyalah anggapan mereka yang telah terjerumus belantara
kengerian zaman._kemudian masuk seseorang lagi, ikut berkisah
Orang ke-5 : Anggapan kalian sudah benar, tetapi penuturan mereka juga tak
salah. Orang pertama :Apa maksudmu? (menatap orang tadi dengan wajah bingung).
Orang ke 5 : Kita adalah anak peradaban yang tak sepantasnya melupakan budaya
lama. Tetapi kita juga tak patut menyembunyikan diri dari kemodernan yang
ditawarkan oleh zaman._Masuk dua orang yang merupakan anak peradaban yang telah
terjangkit kemodernan.
Orang ke-3 : Namun mereka telah jauh terbawa arus (menunjuk dua orang yang
baru masuk tadi). Mereka terpikat oleh hal-hal baru yang sebenarnya menipu,
terjangkit virus kemodernan zaman yang diam-diam mencekik kita perlahan.
Orang ke-4 : (tertawa picik) hahaha.. Kalian benar-benar makhluk kudet dan
nampak sama buruknya dengan benda usang yang selalu kalian pegang itu (menatap
sinis ke arah buku ditangan anak tadi).
Orang ke-5 : Kita sama-sama anak bangsa, pantasnya kita berjalan bersama,
iringi langkah meraih cita. Hempaskan prasangka buruk di dalam dada ! Karena
itu hanya akan mengotori pikiran-pikiran labil kalian. Layaknya hanya ada cinta
dan segala keindahannya. Biarkan badai menerpa, ki a tetap bisa memancarkan
kehangatan. Jangan bercerai-berai, simpan lidah tajam kalian, asah dengan tutur
kelembutan (berusaha menjadi penengah).
*mereka semua terdiam, terhenyak meratapi kisah*
Lagu "Laskar Pelangi" mengalun.
SIN IV
Lagu "Laskar Pelangi" berhenti mengalun. Semuanya berubah, mereka mulai dapat memetik kisah.
Orang ke-2 : Sekarang marahlah ! (mengguncang pundak orang pertama dan orang
ke-3 bergantian). Karena aku telah lama buntu. aku terhanyut oleh dunia yang
banyak menawariku kemodernan, cacilah aku ! Dan gelari aku semaumu, setelah itu
pergilah ! Barangkali jauhmu akan lahirkan resah rindu yang dapat ku tuliskan
dengan sajak-sajak ku (termangu sedih).
Orang ke-4 : Aku benar-benar lena oleh kemalasan, ada beberapa buku yang
tidak kusentuh. Padahal seharusnya aku lahap membacanya. Salahkan aku ! Aku
penyebab kebuntuan itu (terisak).
Orang pertama : Tidak ada yang mesti disalahkan. (bertutur seraya melangkah
menghampiri orang ke-2 yang senantiasa membawa tablet) Semua yang ada di dunia
ini tercipta memiliki pasangan, dan buku cocoknya bersanding dengan tekhnologi
(tersenyum lalu melirik ke tablet ditangan orang ke-2)
Orang ke-3 : Karena keduanya adalah keseimbangan aurah di semesta ini. (mulai
tersenyum)
Orang ke-5 : Yaa.. Dulu filsuf hanya menafsirkan dunia, kini tibalah saatnya
kita yang mengubah dunia (berdecak yakin)
#semuanya diam, orang pertama maju selangkah, mengisi keheningan
dengan menyanyikan lagu "New Bantaeng" dengan sedikit perombakan
lirik, pemain yang lain turut bernyanyi. semua bagian vital teater
(sutradara,produser, narator, wordrob, crew, vocal group) ikut naik ke panggung
pementasan. Bernyanyi bersama =))
(Foto persiapan pementasan teater)
-selesai-
Tidak ada komentar :
Posting Komentar