Hatiku langsung tergerak menulis ini ketika pikiranku mulai berseliweran membayangkan seperti apa rupa 17 agustus besok, tentunya sangat berbeda dengan 17 agustus 70 tahun yang lalu. Pada rekaman video berwarna hitam putih yang sempat aku tonton aku meng-anotasikan bahwa upacara saat itu sungguh hikmat dengan aroma nasionalisme yang sangat membara, bahkan menyengat hingga darahku berdesir meski hanya menonton videonya saja. Bagaiamana tidak, karena para pelaku upacara adalah orang yang sama yang menjadi pelaku kemerdekaan, sungguh membayangkan semua itu membuat kesyukuranku memuncak dengan banyak jika dan jika yang mulai menyerbu.
Jika dahulu tak ada pahlawan pun veteran yang rela bercucur
keringat bahkan bersimbah darah demi direnggutnya kembali kemerdekaan, Bagaimana
jadinya negeri ini?
Jika dahulu tak ada pahlawan pun veteran yang rela berkorban
raga bahkan bertaruh nyawa demi merah putih berkibar bebas diujung tiang tanpa
harus bersanding dengan bendera penjajah, Bagaimana jadinya negeri ini?
Lalu apa balas budi kami terhadap mereka? Apa kami pernah
mengingat mereka diluar hari kemerdekaan? Apakah kami sebagai generasi penerus sudah
memenuhi amanah yang mereka titipkan? Mereka tak meminta banyak mereka hanya
ingin kami mencintai negeri ini dengan tulus dan sepenuh hati, karena dengan
begitu kami akan melakukan banyak hal demi negeri ini. Tapi apakah mereka
kecewa jika mengetahui banyak dari kami yang tak punya waktu untuk itu?
Bukannya enggan tapi karena terlalu sibuk, bukannya lupa tapi tak sempat mengingat.
Bukannya enggan tapi karena terlalu sibuk, bukannya lupa tapi tak sempat mengingat.
Aku ingin mengadu kepada Sang Proklamator, jika diizinkan. Bolehkah aku
bercerita sedikit kepadamu Bung Karno? Aku ingin memberi tahumu bahwa sekutu
dan western union yang menyerang kami sekerang lebih beringas dibanding 1000
penjajah yang dulu kau lawan, yah mereka menyerang dari berbagai penjuru, meskipun
mereka tak lagi memakai sepatu boot kulit buaya dan membawa senjata tapi kini mereka
merasuki otak kami hingga kami mengangguk saja oleh setiap yang mereka
perintahkan.
Bangkitlah Bung karno!
Lawan sekutu dan western union itu! Karena banyak dari kami yang tidak bisa melakukannya, kami terlalu sibuk mengoles gincu dan menebalkan alis, kami benar-benar tak punya waktu melakukan itu, karena ada bergitu banyak games yang menunggu untuk dimainkan.
Bukannya kami tak ingin membela negara, tetapi kami sibuk mengurusi hati kami yang patah karena cinta, kami sibuk menangisi kekasih kami yang berulah lagi, kami sibuk menonton artis yang meliuk-liuk di tv, tapi tenanglah Bung karno! Kami tetap giat belajar agar nanti bisa bekerja diluar negeri karena sepintar apapun kami, negeri ini tak akan memuji sebagaimana negeri luar yang akan menyanjung kami.
Lawan sekutu dan western union itu! Karena banyak dari kami yang tidak bisa melakukannya, kami terlalu sibuk mengoles gincu dan menebalkan alis, kami benar-benar tak punya waktu melakukan itu, karena ada bergitu banyak games yang menunggu untuk dimainkan.
Bukannya kami tak ingin membela negara, tetapi kami sibuk mengurusi hati kami yang patah karena cinta, kami sibuk menangisi kekasih kami yang berulah lagi, kami sibuk menonton artis yang meliuk-liuk di tv, tapi tenanglah Bung karno! Kami tetap giat belajar agar nanti bisa bekerja diluar negeri karena sepintar apapun kami, negeri ini tak akan memuji sebagaimana negeri luar yang akan menyanjung kami.
Apakah engkau marah Bung Karno? Karena kami tak seberani generasimu yang hanya bermodalkan bambu runcing itu? Kami generasi ciut yang kalah akan kantuk diujung mata karena semalam terlalu sibuk memencet gadget canggih yang kami punya. Tapi Bung karno, kami tetap bersatu sebagaimana yang engkau ingkinkan, kami bersatu dalam satu merek dan gaya rambut.
Bung Karno, kami akan mengingatmu jika sudah waktunya 17 agustus, kami akan berkoar-koar tentangmu di sosial media seakan tahu persis detail perjuanganmu padahal naskah proklmasi saja kami tak hafal karena selama ini kami sibuk menghafalkan lirik-lirik lagu barat, maafkan jika telingamu terasa pekak setiap 17 agustus karena kami akan terus mendengung-dengungkan namamu sepanjang hari, tapi tenanglah Bung karno hanya hari itu. Besok, lusa dan seterusnya kami tak lagi sempat.
Bung Karno, bangunlah!
Negeri yang dulu kau proklamasikan besok akan merayakan kemerdekaannya yang ke-70
Negeri yang dulu kau proklamasikan besok akan merayakan kemerdekaannya yang ke-70
Bangunlah Bung Karno!
Nasehati kami dengan suara lantangmu, agar kami peduli negeri ini.
Nasehati kami dengan suara lantangmu, agar kami peduli negeri ini.
Indonesia, dimana Ir Soekarno?
Kami ingin mendengar dia berproklamasi, sekali lagi T_T
Kami ingin mendengar dia berproklamasi, sekali lagi T_T
― Sokarno
Tidak ada komentar :
Posting Komentar